Minggu, 18 Maret 2012

Tugas Review Historiografi Yuli Astriyani 6

Meneliti Sejarah Penulisan Sejarah oleh Heather Sutherland

Heather Sutherland dalam tulisannya mencoba membahas tentang bagaimana sejarawan menulis sejarah dalam gelanggang politik dan budaya yang berubah-ubah. Dimensi yang dibahas dalam hal ini adalah Dia memusatkan perhatiannya pada persoalan-persoalan teoritis dan praktis yang dihadapi peneliti ketika mereka mencoba menjelaskan makna masa lalu untuk masa kini. Masalah-masalah berkisar pada hal-hal yang bersifat filosofis (apa itu kebenaran?) hingga hal-hal yang praktis (bagaimana kita dapat melukiskan suatu masyarakat dengan menggunakan konsep-konsep yang dikembangkan dalam masyarakat yang lain?) selain itu Sutherland juga menekankan akan pentingnya otoritas (authority) dalam hal ini otoritas menurut Sutherland adalah bagaimana kita mengetahui bahwa sebuah uraian mengenai masa lalu lebih patut dipercaya daripada uraian yang lainnya? Hal semacam ini dapat menimbulkan perdebatan intelektual yang lebih diwarnai unsur politik dengan fokus pada hubungan antara sejarah dengan kekuasaan dalam masyarakat pascakolonial.
Kritik Sutherland untuk para sejarawan adalah seharusnya sejarawan perlu menyelidiki bagaimana sejarah tercipta dalam konteks teori dan politik yang lebih luas oleh karena itu sejarawan harus menguji mengenai sejarah penulisan sejarah. Karena sejarah sangat erat kaitannya dengan legitimasi Negara dan identitas nasional, maka sejarah adalah bidang ilmu yang paling tinggi kadar politiknya sehingga mudah untuk diselewengkan oleh penguasa. Aspek-aspek yang dibahas oleh Sutherland yakni Eroprasentrisme dan politik sejarah, terutama dalam masyarakat majemuk pasca kolonial.
Pada bagian awal tulisannya Sutherland membuka wacana dengan memberi definisi mengenai beragam arti sejarah, Sutherland mendefinisikan sejarah yang dilontarkan menurut Ibn Khaldun yaitu, pertama, sejarah ialah narasi kronologis yang kita putuskan untuk disusun, elemen-elemen dari masa lalu kita pilih dan kita beri peran tertentu untuk menjelaskan dunia tempat hidup kita sekarang. Kedua, sejarah adalah keseluruhan dari kejadian-kejadian yang tidak terhitung banyaknya. Menurutnya masalah historiografi ialah persoalan bagaimana mengatasi kontradiksi yang tidak terelakan antara narasi terfokus ciptaan kita (sejarah sebagai catatan) dan kekacauan masa lalu (sejarah sebagai kejadian). Sutherland selanjutkan menjelaskan mengenai definisi sejarah menurut Oxford sehingga membuat banyak penulisan sejarah yang berubah. Setelah munculnya definisi sejarah ini sejarawan dipaksa untuk bertanya mengapa mereka menetapkan pilihan-pilihannya. Mengapa setiap sejarawan  memberikan makna tertentu kepada suatu kejadian tertentu, padahal kejadian itu dapat saja memiliki berbagai arti dalam berbagai konteks? Oleh karena itu untuk memjawab beragam pertanyaan ini Sutherland menharuskan kita sebagai calon sejarawan untuk menguji dan mempelajari mengenai sejarah penulisan sejarah agar kita dapat memahami kekuatan-kekuatan sosial dan politik yang mempengaruhi perkembangan historiografi
 Sutherland menyadarkan kepada kita bahwa satu-satunya bentuk ‘sejarah sebagai catatan’ yang umum diterima ialah apa yang Dia namakan dengan Modern Professional History atau Sejarah Profesional Modern (SPM). SPM mencapai bentuknya yang khas di Eropa pada abad ke-19. Topik maupun metodenya mencerminkan kaitan antara ilmu yang baru dengan Negara modern. Dengan struktur Negara modern sebagai bentuk politik yang dominan dan tersebarnya model-model pendidikan dan ilmu pengetahuan Barat ke seluruh dunia, tradisi historiografi Eropa ini menjadi kokoh di seluruh dunia sebagai sejarah nyata. Pada bagian akhirnya Sutherland kembali mempertanyakan apakah mungkin kita berkarya diluar narasi besar SPM. Sutherland menganjurkan kepada sejarawan untuk meninggalkan paradigma Eropasentris. Sejarah yang ditulis oleh Sutherland ditentukan oleh budaya seperti yang telah dibahas pada artikel sebelumnya mengenai silang budaya sebagai periodesasi dalam sejarah akan menghasilkan sejarah diluar narasi besar.
Pada akhirnya kita sampai pada kesimpulan bahwa untuk dapat memahami sejarah dari setiap generasi pada masanya maka kita harus meninjau dan memperdalam pemahaman sejarah dari penulisan sejarah yang pernah ada baik dari sejarah penulisan yang dalam historiogarfi Indonesia dan historiografi Eropa bahkan historiografi yang berkembang di dunia. Kita harus belajar mengidentifikasi arah kecenderungan dari pemikiran dan penulisan tentang masa lalu di setiap generasi, agar kita dapat memperoleh gambaran dan pola perkembangan historiografi di seluruh dunia sehingga kita dapat menentukan dimana posisi kita dalam proses historiografi dan bisa menentukan arah langkah kita sebagai calon sejarawan untuk memajukan usaha merekonstruksi sejarah Indonesia yang dapat memberikan alternatif diluar narasi besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Etika dalam berkomentar sangat diutamakan!