Minggu, 18 Maret 2012

Tugas Review Historiografi Yuli Astriyani 7

Review Artikle : Jerry H. Bentley
Cross-Cultural Interaction and Periodization in World History

Seperti angin yang mengalir tanpa henti di atas bukit, lembah, dan lautan, sejarah terus menerus bergerak di dalam waktu. Kebudayaan-kebudayaan hidup dan mati, pemikiran-pemikiran muncul, kota-kota tumbuh, penduduk bertambah, kerajaan-kerajaan timbul dan tenggelam, perang-perang terjadi, perdagangan meluas, dan seterusnya. Dan sejarawan ingin membuat waktu yang terus menerus bergerak tanpa henti itu menjadi dapat dipahami dengan membaginya dalam unit-unit waktu, dalam sekat-sekat, dalam babak-babak, dalam periode-periode. Dengan kata lain sejarawan melakukan klarifikasi atas waktu, sejarawan membuat periodesasi.[1]
Tiap masyarakat memiliki pandangan yang relative berbeda tentang waktu yang mereka jalani. Contohnya: masyarakat Barat melihat waktu sebagai sebuah garis lurus (linier). Konsep garis lurus tentang waktu diikuti dengan terbentuknya konsep tentang urutan kejadian. Dengan kata lain sejarah manusia dilihat sebagai sebuah proses perjalanan dalam sebuah garis waktu sejak zaman dulu, zaman sekarang dan zaman yang akan datang. Berbeda dengan masyarakat Barat, masyarakat Hindu melihat waktu sebagai sebuah siklus yang berulang tanpa akhir.
            Dalam menentukan periodesasi dalam sejarah dunia, Jerry menekankan pada masalah interaksi budaya melalui tiga hal yaitu melalui: migrasi massa, ekspansi kekuasaan dan perdagangan sehingga dapat menggambarkan sejarah kuno masyarakat di dunia melalui interaksi tersebut. Jerry mencoba mengarahkan pembacanya untuk membuat periodesasi menuju satu sejarah dunia. Lalu apa manfaatnya bagi sejarah Indonesia? Penjelasan mengenai konsep periodesasi dalam sejarah di Indonesia juga beragam, pembahasan mengenai periodesasi sejarah di Indonesia sudah dimulai pada Seminar Sejarah tahun 1957 di Yogyakarta.
Periodesasi yang di kemukakan oleh Moh. Yamin adalah: masa sebelum penjajahan, masa penjajahan, masa sesudah penjajahan. Periodesasi yang dikemukakan oleh Sartono Kartodirdjo adalah yang menggunakan proses integrasi dengan faktor ekonomi sebagai pendorong, sebagai pokok tujuan. Pada dasar asasnya struktur periodesasi Sartono menyerupai pola umum periodesasi tradisional.[2] Hal ini menunjukan bahwa di Indonesia sampai dengan saat ini belum ada suatu periodesasi yang jelas untuk menggambarkan sejarah Indonesia secara ilmiah mengenai pengertian-pengertian seputar penjajahan, Indonesia dan Indonesiasentris.
            Tradisi ilmiah mengenai penulisan sejarah melalui norma-norma ilmiah Barat masih belum banyak ditulis, jurusan sejarah dan fakultas-fakultas di Indonesia belum dapat memberikan pendidikan ilmiah khusus untuk membentuk sejarawan yang sanggup memulai dengan pendirian suatu usaha ilmiah kearah penyelidikan dan penulisan sejarah Indonesia pada suatu peralihan yang penting dalam proses sejarah. Perodesasi yang digunakan masih mengikuti pola-pola lama yang sudah ada sebelumnya. Mungkin kesulitan ini karena di Indonesia mengalami proses akulturasi yang pesat membuat corak penulisan sejarah Indonesia kelihatan menjadi tidak jelas sehingga peralihan dari tradisi historiografi daerah melalui tradisi historiografi Barat kearah tradisi ilmiah baru belum dapat terjadi karena pandangan kosmosentris tidak mungkin berubah menjadi antroposentris dengan begitu saja. (N. Berdayayev, The Beginning and The End, 1957, hlm. 115 dst).
            Menurut Kuntowijoyo periodesasi bukanlah tutup layar atau buka layar, tetapi ada perbedaan perkembangan aspek sejarah, dan ada discontinuity dan continuity. Sejarah Indonesia pun dapat pula dibagi kedalam tiga bagian yaitu prasejarah, Hindu-Budha, dan Modern. Periodesasi dalam historiografi Indonesia semula bersifat konvensional - Preasejarah, Kuno (Indianisasi), Tengah (Islamisasi), Modern (Pembaratan) - baik diseluruh atau hanya satu periode. Tradisi konvensional terdapat diantara buku kolektif Sejarah Nasional Indonesia (SNI). Masalah periodesasi panjang ini mendapat pemahaman baru melalui beberapa buku antaralaian yang ditulis oleh Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia : Dari Emporium Sampai Imperium, buku Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya. Keduanya dengan jelas menghadirkan mazhab Annales dengan periodesasi Braudel (Structure, conjuncture, events), dan tulisan dari Adrian B. Lapian, Nusantara Silang Budaya dalam buku panggung sejarah persembahan kepada Prof. Dr. Denys Lombard.[3]


[1] Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah (Yogyakarta : Tiara Wacana, Februari 2008), hlm., 19.
[2] Moh. Ali, Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia (Yogyakarta : LKiS), hlm. 314-315
[3] Op. cit., hlm. 27-28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Etika dalam berkomentar sangat diutamakan!