Sabtu, 12 November 2011

Tugas Review Historiografi Suharto 3

Raffles Sources For Traditional Javanese Historiografi and the Mackenzie Collections

Usaha untuk membangun tradisi bertutur pada masyarakat Jawa sudah ada sangat lama. Berbagai kronik, babad, tutur lisan bahkan hikayat (melayu) banyak memberi warna tersendiri bila berhadapan dengan berbagai karya tradisional. Kemampuan menulis dalam bentuk karya sastra pada masyarakat Jawa sebenarnya baru mulai pada tahun-tahun ketika kaleder romawi atau masehi sudah mendekat abad ke IX. Banyak para pakar filologi atau sejarawan seperti halnya Poerbatjaraka menganggap salah satu karya Jawa yang tertua berasal dari dinasti Jawa Timur pada abad IX yaitu serat chandra kirana yang banyak sastrawan menganggap sebagai sebuah karya babon. Buku ini bercerita tentang Panji yang banyak melahirkan karya-karya besar Jawa selanjutnya.
Karya tradisi merupakan awal mula perdebatan yang cukup panjang bagi para pengamat atau sejarawan kekinian. Kasus Jawa sebagai salah satu entitas yang banyak dibicarakan dalam ilmu-ilmu sosial, atau alam memang sangat unik. Masyarakat jawa yang mengalami berbagai konversi dari animisme, dinamisme, Hindu, Budha, Islam bahkan Barat tentu sangat mempesona bagi beberapa ilmuan. Apabila pada abad XVIII – XIX buku karya Thomas Stamford Raffles menjadi karya yang monumental, tentu pada abad XX di penghujung akhir, karya besar Denis Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya membagi buku lebih dekat dengan kajian Antropologi banyak memiliki kesamaan dengan munculnya buku History of Java karya Raffles pada masa lalu.
Donald banyak menyoroti bagaimana dari berbagai sumber klasik yang hampir sama yaitu serat babad ternyata terjadi berbagai anakronisme yang luar biasa baik di Jawa sendiri maupun ketika dalam kejian sejarawan sekarang. Berbagai deskripsi yang tumpang tindih dan sedikit kacau, Donald mencoba membuat berbagai perbandingan yang ada antara karya-karya Raffles, Mackenzie, serat, babad bahkan beberapa karya yang semasa itu dianggap layak menadapat apresiasi.
Berbagai sumber klasik yang cukup rancu mulai generasi Prabu Watu Gunung pada kerajaan paling purba di Jawa yaitu Kerajaan Mendang Kawulan, maupun Giling Wesi, oleh Donald karya-karya ini diperbandingkan. Bagaimana kacaunya nama-nama raja pada periode yang masih dalam rabaan sebelum abad ke X. Berbagai  relasi yang kurang tepat dengan dongengan Jawa banyak terjadi. Baik nama-nama raja, daerah maupun kesalahan lafal atau abjad banyak terjadi.
Tulisan Mackenzie yang sebenarnya bertanya untuk membuat kritikan terhadap karya Raffles juga tidak begitu mengena. Ketidak mampuan para informan maupun penerjemah karya-karya klasik pujangga Jawa semakin jauh dari seharusnya. Karya tersebut seandainya dikaji lagi pada jiwa zaman yang memang berubah. Cakupan serat-serat Jawa baik Babad Momana, Serat Kandha, Babad Tanah Jawa, babad-babad yang lain menjadi bahan kajian yang sangat lebar. Perimbangan yang sulit dicapai ketika beberapa karya Raffles disandingkan dengan Midelkoop. Tradisi yang dalam penulisannya banyak menggunakan kakawin sebagai gaya tulisan tentu berbeda dengan gaya sebagai serat yang lain. Cerita dari generasi awal sebagai Mendang Kawulan, hingga masa Kediri, Singasari, Majapahit, Demak, Panjang, maupun Mataram memiliki aliran yang berbeda. Pada masa Kartasura yang sangat sebentar dimana para raja Mataram masih berkuasa dalam arti yang sebenarnya tentu memiliki implikasi yang sangat berbeda. Berbagai perpecahan Jawa Surakarta di Yogyakarta maupun Mangkunegaran serta Paku Alaman yang notabene lebih dekat dengan Inggris memiliki selera tersendiri dalam membuat karya.
Ditemukan nama serta tempat yang berbeda dari Bali, Cirebon, Banten, Pati, Surabaya, Demak, Madiun dan berbagai daerah Jawa yang lain, dimana semua ingin menceritakan kasus yang sama bukan semata-mata pujangga yang kurang teliti, tetapi memang ada maksud lain. Berbagai daerah membuat cerita yang tidak lepas dari bias dan kepentingan mereka sendiri. Raffles dalam tulisannya yang menganggap Belanda gagal serta dia menyesal mengapa Jawa menjadi Islam merupakan bentuk lain dari tulisan masa itu. Donald membuat analisa yang sangat bagus ketika mencoba mendeskripsikan serat-serat pada masa kejatuhan Majapahit yang kemudian berubah menjadi Muslim. Tulisan dari pesisir yang banyak membicarakan para wali dia analisis sebanding lurus dnegan tulisan para pujanga Mataram yang tentu berpihak pada Sunan Kalijaga sebagai maestro spiritual Jawa yang dalam babad dipuji-puji oleh penulis kerajaan. Tentu sangat berbeda dengan tulisan masa Demak dengan kejatuhan Majapahit. Bagaimana peranan Sunan Kudus sebagai panglima perang kalah wibawa dengan Sunan Kalijaga pada masa Mataram. Baik para pembantu yaitu para pejabat daerah maupun orang yang memberi informasi, Raffles telah membuat Belanda berpikir ulang untuk mengetahui sejarah Jawa yang seharusnya ditulis. Para penulis pada masa kolonial sebenarnya masih menganggap bahwa babad memiliki otoritas tersendiri walaupun kebenaran historisnya banyak mendapat kritikan tetapi pada masanya belum ada yang pernah menandingi babad untuk hal-hal tertentu. Baru ketika arsip dan data Belanda diolah, babad menjadi terhegemoni. Donald menganggap diberbagai versi sejarah Jawa tentu adalah versi mana yang mungkin masih bisa digunakan sebagai sumber. Luasnya spasial serta panjanganya waktu yang dibuat perbandingan oleh Donald bagi peneliti merupakan beban berat.
Tidak mungkin membicarakan sejarah Jawa dari negeri dongeng sampai pada abad dimana teori Leonarld van Ranke menjadi buku suci sejarawan. Mackenzie yang banyak menganggap tulisan Raffles sebagai plagiat sebenarnya juga belum mampu menyelesaikan permasalahan sejarah Jawa yang terlanjur tumpang tindih dengan berbagai kepentingan sampai pada masa modern. Raffles yang menganggap dirinya sebagai orang yang penting banyak athu Jawa tentu punya alasan yang masuk akal. Kronologi sejarah jawa yang sangat bagus ia paparkan membawa bentuk tersendiri. Kekacauan sebenarnya mudah terasa pada babad maupun kronik yang lebih lama. Kebiasaan menulis di Jawa sebagai pujangga sastra tentu sangat berbeda dengan laporan maupun data arsip Belanda yang lebih berperan sebagai laporan apa yang mereka lihat dan ketahui.
Tulisan Donald terasa menggigit karena ia mampu membuat perbandingan dengan karya-karya klasik tersebut baik soal kesamaan maupun perbedaan di sana-sini. Tetapi merupakan karya yang luar biasa disamping minimnya pembicaraan kasus serupa oleh para sejarawan masa kini. Kesulitan bahasa sumber maupun tulisan merupakan warisan klasik. Tulisan ini sangat bernilai bagi siapapun yang tertarik sejarah bila berkaitan dengan sejarah klasik Jawa yang sampai sekarang darimana melihat serta persepsi yang dimaknai. Kehebatan penulis mampu menghadirkan berbagai permasalahan yang memang sudah mendera sejarawan dari awalnya yaitu bagaimana menguasai sejarah Jawa yang eksotis menjadi karya yang lebih membumi dan berarti bagi generasi berikutnya. Untuk itu menghargai karya-karya kolonial salah satu warisan yang Indonesia tidak akan mengerti apabila Negara Kertagama tidak diterjemahkan oleh orang-orang Kolonialis yang banyak menghegemoni Jawa sebagai teman, sahabat, musuh, tulisan tersendiri untuk sejarahnya. Tanpa sejarah sebagai bagian akan gagal memahami dirinya sendiri sebagai sebuah entitas inilah aku atau kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Etika dalam berkomentar sangat diutamakan!