Sabtu, 08 Oktober 2011

Tugas Review Historiografi Ahmad Al Marisi 1


Struktur Pemerintahan dalam Mitologi Jawa

Mitos atau mitologi menjadi unsur penting dalam sejarah perkembangan kebudayaan Indonesia yang memang memiliki kebudayaan yang beragam. Melalui mitos kita dapat melihat pola pikir etnis atau suku yang memiliki mitologi itu. Mitos dikenal dengan berbagai julukan. Di sumatera, orang mengenalnya dengan sebutan hikayat, di Jawa dengan sebutan Babad. Dalam bahasan kali ini, saya ahanya membahas tentang struktur pemerintahan raja-raja Jawa yang dapat kita ketahui dalam mitologinya.
Jawa memiliki sejumlah kerajaan yang cukup besar dan hebat dimasa lalu seperti majapahit dan kerajaan mataram. Warisan historiografi tradisional yang diwariskan pada era tersebut yang dapat kita teliti pada saat ini juga cukup banyak karena pulau Jawa merupakan central kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Dalam segi arsitektur, pulau Jawa adalah negerinya Candi. Dalam sastra tertulis, Jawa menghasilkan Pararaton,Babad Tanah Jawi dan cerita mitologi lainnya.
Menurut kitab Pararaton, silsilah raja Jawa yang hidup sampai saat ini berasal dari satu garis keturunan. Yaitu garis keturunan Ken Arok. Kisah hidup Ken Arok sangat berbeda dengan kehidupan raja pada umumnya. Menurut Pararaton, dia adalah hasil selingkuh dewa brahmana dengan seorang wanita yang bernama Ken Ndog. Oleh ibunya dia dibuang kekuburan dan kemudia diasuh oleh seorang pencuri. Dia lalu diangkat menjadi anak oleh pencuri itu dan diajari teknik mencuri. Tak disangka, anak dewa tersebut berbakat dalam bidang kriminal. Karena ulahnya tersebut, ayah angkatnya lalu terlilit utang dan kemudian mengusirnya. Tak lama kemudian dia lalu diasuh oleh seorang penjudi yang menjadikannya anak angkatnya. Dalam perjalanan hidupnya dia kemudian bertemu seorang brahmana yang mencari seseorang yang dianggapnya keturunan dewa wisnu.
Brahmana tersebut lalu memperkenalkan Ken Arok dengan akuwu/camat Tumapel pada saat itu yang bernama Tunggul Ametung. Saat melihat istri Tunggul yang bernama Ken dedes, hasratnya untuk membunuh Tunggul Ametung muncul. Oleh ayahnya dia diperkenalkan dengan seorang pembuat keris yang bernama Mpu Gandring. Mpu gandring menjanjikan akan membuat keris yang sangat ampuh dalam waktu setahun. Tetapi tidak genap setahun keris itu diambil paksa oleh ken arok. Mpu Gandring yang protes kemudian dibunuh oleh Ken Arok. Dinafas terakhirnya, Mpu Gandring mengutuk Ken Arok dengan kutukan bahwa tujuh keturunan ken arok akan mati di keris itu. Setelah mendapatkan keris itu, ia lalu meminjamkannya kepada Kebo Ijo. Alibi yang dibuat Ken Arok pun berasil karena keris itu sudah diketahui khalayak sebagai keris Kebo Ijo. Disaat Kebo Ijo mabuk, ia lalu mengambil keris dan menancapkannya ke dada tunggung ametung dan membuatnya mati. Kebo ijo yang dianggap pemilik sah dari keris kemudian dihukum mati. Ken Arok lalu mengangkat dirinya sebagai akuwu Tumapel. Cerita tersebut merupakan kisah yang dianggap nyata oleh hamper seluruh etnis jawa. Cerita tersebut juga menggabungkan antara Hindhu dan Budha. Kenapa begitu? Karena Ken Dedes adalah seorang wanita budhis penganut aliran Mahayana.
Nilai dalam cerita tersebut sangatlah dalam. Etnis jawa menganggap bahwa kek arok adalah nenek moyang seluruh raja jawa yang kalau dikonversikan cerita diatas jelas bahwa seluruh raja tanah jawa adalah keturunan (sekalipun haram) dari Dewa tertinggi hindu yaitu Brahma. Seorang yang telah ditakdirkan untuk menjadi raja walau bagaimana kehidupannya sebelumnya tetap akan menjadi raja walaupun dia mantan kriminil. Kerajaan ada karena izin dari dewata. Menurut Pram dalam Arok Dedes, Ken Arok melakukan hal yang disebutnya sebagai kudeta merangkak. Kudeta yang melibatkan seorang yang bukan bangsawan (walaupun dia titisan dewa) secara sistematis melakukan perebutan kekuasaan dari seorang bangsawan dan berhasil menjadi bangsawan. Seorang rakyat biasa dapat menjadi raja. Dan rakyat lainnya mengakuinya sebagai raja. Pengakuan rakyatlah yang sebenarnya dibutuhkan untuk melegalkan kekuasaannya.
Dapat ditarik kesimpulan dari paparan diatas bahwa; pertama, raja adalah rakyat biasa pada awalnya sekalipun dia titisan dewa. Kedua, kekuasaan raja pasti mendapat restu dari dewa karena raja adalah keturunan dewa. Ketiga, melawan raja berarti melawan dewa. Tapi yang paling kontradiksi adalah bahwa raja jawa adalah keturunan rampok, pencuri dan tukang judi.(bila ditarik dari sudut pandang pararaton

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Etika dalam berkomentar sangat diutamakan!