Jumat, 21 Oktober 2011

Tugas Review Historiografi Suharto 2

SEKS, RAS DAN KONTRAK
Dalam “Textual Empires” by Mary Cathrine Quilty

Pada bab ketiga dari buku ini, beberapa analisis sangat luar biasa. Bagaimana realitanya analisis yang berkaitan dengan Asia Tenggara yang dilakukan oleh Marsden, Crawfud, Rafless, Anderson, dan Syemes memiliki beberapa pemahaman yang seakan-akan kontradiksi. Pembahasan pada buku ini, Mary mencoba memberi berbagai perbandingan bagaimana Asia Tenggara menjadi ajang kompetisi dari 3 (tiga) kekuasaan yang saling memiliki kepentingan: EIC (Kompeni Perdagangan Inggris), sultan dan raja di Asia Tenggara, serta Kerajaan Inggris Raya. Sebagai para penguasa, semua berhak untuk memberi pengakuan pada wilayah ini. Buku ini berusaha menjelaskan bagaimana teori Adam Smith yang berkaitan dengan perekonomian baru yang sangat menjadi populer pada abad 18 dan 19 memberi penjelasan secara rinci bagaimana seharusnya seorang enterpreneur (pedagang) menjadi sangat berhasil memiliki kekayaan yang luar biasa. Idiom serta jargon bahwa berdagang mencari untung yang sebesar-besarnya sangatlah lumrah. Bersikap hemat dan mencari laba yang sebesar-besarnya, bergema serta bergaung pada abad ini.

Asia Tenggara sebagai suatu daerah yang banyak dikuasai oleh para penguasa, oleh para penulis dan pengamat terjadi perubahan yang sangat dinamis. Apabila sebelumnya hampir seluruh kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan yang sangat feodal dan dikuasai oleh sistem patriarkarh (dominasi para lelaki), setelah masa ini karena singgungan yang luar biasa dengan barat juga mendapat perubahan dari berbagai sisi. Teori Maltus yang membahas masalah kelahiran dan perkembangan daya hidup suatu bangsa secara nyata dapat disaksikan pada kawasan ini. Kasus Asia Tenggara, Asia Timur, maupun Asia Selatan, pada dasarnya merupakan ledakan penduduk yang tidak beriringan dengan kesanggupan mengelola lingkungan alam. Secara teori, Maltus juga memberi jarak ataupun ruang mencoba mengaplikasikan bagaimana perkembangan penduduk bisa berkembang sangat pesat pada masa-masa ini. Usaha yang sangat bagus dari beberapa pakar Asia Tenggara yang menyoroti masyarakatnya, yaitu adanya perubahan kita dapat mengerti perubahan memang selalu terjadi secara alamiah. Apabila sebelum ditulis oleh para pakar ini masyarakat Asia Tenggara dapat dikatakan masyarakat patrimonial dengan dukungan penguasa feodal yang memiliki jaringan kekuasaan secara klasik pada wilayah ini.

Para bangsawan yang menganggap dirinya legitimasi sering menguras atau memperbudak masyarakat yang seharusnya menjadi pendukung perubahan pada kelas menengah, sangat berbeda perkembangan ekonomi di Eropa peranan kaum kelas menengah sangat besar. Symes mencoba menajbarkan bagaimana dominasi orang tua (bapak) pada masyarakat Burma yang secara ekonomi menengah memiliki perkembangan yang menarik. Pada masa sebelumnya secara umum pria dewasa Burma berperanana sebagai ayah yang sangat dominan bahkan otoriter, mulai terbuka terhadap keluarga maupun anak-anaknya. Anderson banyak memberi gambaran yang nyata baik di Sumatra maupun Jawa utamanya daerah pesisir dengan segala dinamikanya. Rafless sebagai pakar sejarah Jawa maupun Sumatra dengan berbagai data yang dimiliki, mempunyai gambaran yang sangat jelas tentang perkembangan sejarah tanah ini. Pernyataannya tentang Pasundan yang berkaitan dengan perdagangan serta perkebunan utamanya kebun kopi, yaitu para pribumi (bumiputera) mampu menghadirkan apa yang disebutnya kultural kopi. Marsden yang memberi gambaran pada masyarakat Sumatra memiliki pemahaman tersendiri pada masyarakat Sumatra yang berkaitan dengan masyarakat Rejang, yaitu suatu kebiasaan bagaimana terjadinya kekerasan baik yang disengaja maupun tidak sering terjadi pada keluarga serta saudara-saudaranya. Perubahan yang sangat signifikan pada masyarakat Asia Tenggara dapat diketahui dari tulisan Crawfud yang sangat terperinci mengingat luasnya Asia Tenggara serta kepulauan yang dimiliki. Perkembangan dan perubahan baik dari masalah realita perekonomian, cara pandang terhadap wanita, dan berbagai persoalan yang menyangkut kontrak sosial, memberi wacana yang sangat kaya. Buku ini memiliki kejelasan serta rincian yang cukup bagus. Mary mencoba memberi analisis serta wawasan pada masyarakat daerah ini secara jelas dari masyarakat pertanian yang memiliki persoalan dengan munculnya perkembangan daerah industri di Eropa yang menjadikan Asia Tenggara sebagai salah satu pasar hasil produksi.

Superioritas kulit putih terhadap kulit berwarna dalam wilayah perekonomian serta keunggulan teknologi dari bangsa pribumi (kulit berwarna) merupakan kajian yang sangat kaya. Perbudakan yang berjalan di Asia Tenggara sebenarnya seumur bangsa Asia Tenggara sendiri dalam perkembangan sejarahnya. Ketimpangan yang sangat tinggi antara orang kulit putih dan kulit berwarna tidak saja di Asia Tenggara tetapi juga di wilayah lain, contohnya Hindustan. Banyak sekali penulis yang membuat perbandingan dalam struktur masyarakat di Asia Tenggara dengan Asia Selatan. Struktur masyarakat India (Hindustan) yang berdasarkan kasta dan sudah sangat mapan sebagai suatu bentuk kontrak sosial sering berhadapan struktur Asia Tenggara yang relatif cair dan longgar, memiliki kemiripan berkaitan dengan feodalisme. Perbandingan masalah realita pelacuran yang ada di Burma, siapa yang mau mendirikan rumah bordir atau menjual anaknya dan merasa tidak bersalah sangat berbeda dengan yang ada di negeri China. Sebagai masyarakat yang penuh kecemburuan tidak mudah pemerintah memberi izin seseorang mendirikan komplek pelacuran. Ada peraturan yang sangat terperinci siapa saja yang boleh masuk ke wilayah tersebut. Symes menyajikan fakta ini dengan sangat menarik. Semangat yang tinggi dari keterampilan orang-orang Arab di wilayah laut juga banyak disinggung oleh para penulis generasi awal pembahasan Asia Tenggara.

Tulisan Rafless pada bab 3 ini mendapat porsi yang luar biasa besar. Rincian yang sangat banyak serta data yang melimpah yang disajikan Rafless memberi inspirasi tersendiri bagi Mary untuk membuat wacana Asia Tenggara yang kaya raya dari berbagai sisi. Kontrak-kontrak yang dianggap menguntungkan baik yang berkaitan dengan seks, ekonomi, serta ras, cukup gamblang terpapar dari data yang disajikan. Rafless mereduksi tentang ledakan penduduk Jawa, kesenian, dan peradaban, merupakan rancangan yang luar biasa dari apa yang disebut metropolis lautan India. Masalah perdagangan, hubungan persaudaraan, institusi politik, intercourses, serta penetrasi, sebenarnya sesuatu yang menimbulkan fantasi tumbuh luar biasa serta memiliki hubungan yang sangat bagus dengan Kekaisaran Jepang dan China serta Asia Tengah menjadi Jawa sebagai magnet tersendiri bagi perkembangan apa yang disebut kekayaan Lautan Hindia. Crawfud melihat Asia Tenggara yang fokus pada Pulau Jawa tentunya sesuatu yang sangat maju membuat perimbangan tersendiri dengan orang-orang Eropa. Para pedagang Eropa yang berlalulalang di seluruh wilayah menunjukkan superioritas serta memberi cap tersendiri yang berkaitan dengan ras. Perkembangan pabrik gula serta perluasan tanah untuk lahan pertanian masih dapat dilaksanakan di wilayah Asia Tenggara. Persoalan yang ada pada masa ini lebih menunjukkan bagaimana triumvirat kekuasaan mampu melaksanakan berbagai kepentingannya dengan bagus. Kendala dari EIC dan Pemerintah Inggris membuat sultan dan raja di Asia Tenggara terlihat sangat jelas di dalam kontrak-kontrak kuno.

Buku ini memiliki pemahaman yang sangat jelas yang memberi ruang lingkup sultan setuju untuk menyepakati kebebasan, serta aturan mereka sebagai kebijaksanaan sultan. Mengubah banyak jumlah perdagangan dan properti dalam berproduksi serta kepemilikan tanah, EIC setuju dikembalikan kepada militer. Sebenarnya kontrak yang ada penguasa Asia Tenggara bukan sebagai sub-ordinat EIC. Teori Adam Smith yang berkaitan dengan tangan yang tak terlihat (invisible hand) juga sangat terasa di Asia Tenggara. Bahasan yang ada pada buku ini memberi kualitas tersendiri bagi masa-masa kejayaan kolonialisme ketika merambah Asia Tenggara, baik Belanda, Inggris, maupun Prancis, memiliki kesamaan untuk membawa Asia Tenggara pada model perdagangan yang relatif baru seperti yang dijabarkan oleh Adam Smith. Banyak pengamat pada masa ini memiliki nostalgia tersendiri untuk melihat sebagai suatu kawasan yang penuh dengan berbagai hal yang rumit maupun sederhana. Topografi Asia Tenggara yang penuh pegunungan serta tropis dan memiliki lautan yang luas sebenarnya menjadi kajian tersendiri bagi para ilmuwan utamanya para sejarawan untuk dikaji lebih dalam. Suku yang berserakan, bahasa yang berbeda-beda serta kepercayaan yang sangat beragam terasa sangat kecil apabila hanya dilihat semasa kolonial saja.

Perkembangan Asia Tenggara yang dilihat sekarang ini apabila kita mengacu pada buku-buku tahun ini seperti yang dijabarkan oleh Mary sebenarnya tidak banyak berubah kasus yang terjadi masalah kemiskinan, pernikahan dini, traficking, pendidikan, serta keterbelakangan, belum dapat dituntaskan sampai hari ini. Sudut pandang para kolonialis selalu mewarnai bahwa Asia Tenggara suatu wilayah sebagai subjek untuk penelitian maupun objek segalah hal yang berkaitan dengan pembaratan. Buku ini sangat baik untuk membantu pemahaman sosiologi sebagai penyangga ilmu sosial berkaitan dengan kesejarahan. Kelebihan pendekatan dari berbagai bentuk serta dimensi ilmu-ilmu sosial ternyata memiliki keunggulan tersendiri dalam memahami berbagai hal permasalahan kesejarahan yang semrawut sebagai layaknya Asia Tenggara sebagai laboratorium ilmu-ilmu sosial. Para pembaca buku ini tidak akan menemukan sesuatu yang berlebih dari suatu kajian apabila sebelumnya tidak dibekali dengan berbagai ilmu-ilmu sosial maupun sejarah dengan baik. Wacana yang luas dari para penulis yang disajikan Mary tentu tidak dapat dicapai dengan baik bagi pembaca yang tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang sebanding. Titik lemah buku ini berasal dari para peramu utamanya Mary sebagai seorang sejarawan hanya berusaha menjabarkan serta memberi beberapa analogi yang masih kurang mendasar. Gaya tulisan yang di sana-sini masih terlihat struktural bahasa yang kurang begitu bagus. Ini dapat diketahui dari banyaknya istilah yang sulit untuk dimengerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Etika dalam berkomentar sangat diutamakan!