Sabtu, 08 Oktober 2011

Tugas Review Historiografi Muhammad Syairin 1


Memaknai Historiografi Tradisional

Anthony John dalam artikel ini membandingkan dua bentuk historiografi tradisional di Jawa,Kitab Pararaton dan Babad Tanah Jawi. Menurut Anthony Johns, dimata sebagian ilmuwan Eropa isi dari kedua kitab tersebut hanya berupa dongeng atau mitos belaka. Akan tetapi, Anthony Johns menilai bahwa meskipun cerita yang dibangun dalam kedua kitab tersebut banyak berisi mitos, namun didalamnya dapat memungkinkan untuk menemukan fakta didalamnya (hal 92). Kedua karya ini menceritakan tentang asal usul penguasa dua Kerajaan Jawa yang berbeda zaman. Kitab Pararaton menceritakan tentang asal-usul Ken Arok, pendiri Kerajaan Singhasari dan Babad Tanah Jawi yang menceritakan tentang asal usul Senopati, pendiri dinasti Mataram. Kedua cerita memiliki persamaan, yakni Ken Arok dianggap sebagai titisan Dewa, sedangkan Senopati silsilahnya dihubungkan hingga Nabi Adam, sebuah sinkretisme antara ajaran Hindu-Budha dan Islam.
Dalam Pararaton, dikisahkan tentang asal usul Ken Arok yang dianggap sebagai titisan dewa serta riwayat karirnya (hal 92-93). Menurut penilaian Anthony Johns, bahwa cerita tentang Ken Arok sebelum menjadi raja tidak dapat dianggap sebagai sejarah, dalam arti bahwa fakta didalamnya perlu diverifikasi, tetapi cerita setelah Ken Arok diangkat sebagai raja dianggap memiliki nilai sejarah yang cukup. Untuk membuktikannya, perlu dibandingkan dengan bukti-bukti lain, seperti prasasti dan berita-berita Cina (hal 93). Selain itu, mitos tersebut juga diinterpretasikan oleh Anthony Johns sebagai bentuk pemahaman Orang Jawa terhadap fungsi penguasa bagi kehidupan manusia, dalam hubungan antara mikrokosmos dan makrokosmos serta sifat keilahian yang dimiliki oleh penguasa (hal 93-94). Dengan demikian, mitos dapat dijadikan sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaan.
Kitab Pararaton mewakili bentuk historiografi Jawa zaman Singhasari-Majapahit (1222-1451), sedangkan Babad (Babad Tanah Jawi), merupakan bentuk historiografi Jawa pada abad ke-17. Cerita dalam Babad Tanah Jawi dimulai dengan hubungan silsilah Senopati yang diawali dari Nabi Adam hingga dewa-dewa Hindu, penguasa-penguasa Jawa sebelumnya sampai pada Senopati, serta petualangan Senopati sebelum menjadi Raja Mataram (hal 95-96). Cerita panjang lebar tentang sosok Senopati tersebut, ditafsirkan oleh Anthony Johns hampir sama dengan kisah Pararaton, yaitu sebagai bentuk legitimasi kepada Senopati sebagai penguasa dan menunjukan sifat-sifat keilahian yang dimilikinya. Namun, pada Babad Tanah Jawa terdapat sinkretisasi yang unik antara Ajaran Islam dan Hindu-Budha. Selain itu, pada Kitab Pararaton, sosok Ken Arok tidak memiliki hubungan darah dengan penguasa kerajaan sebelumnya, berbeda dengan Babad Tanah Jawi, sosok Senopati dianggap memiliki trah dengan penguasa kerajaan sebelumnya.
Dengan membandingkan antara Pararaton dan Babad Tanah Jawi, Anthony Johns berkesimpulan bahwa Babad Tanah Jawa merupakan adopsi dari babad yang telah ada sebelumnya, seperti Babad Demak dan Babad Pajang. Namun, telah dilakukan penyesuaian sesuai dengan konteks zamannya. Setelah membandingkan kedua naskah tersebut (Pararaton dan Babad Tanah Jawi), Anthony Johns menunjukan bahwa terdapat kesinambungan dan perubahan dalam masyarakat Jawa sebagai bentuk local genius dari Jawa (hal 99).
Pararaton dan Babad Tanah Jawa dapat dikategorikan sebagai bentuk historiografi tradisional. Ciri-ciri historiografi tradisional antara lain, ceritanya umumnya berupa mitos ataupun legenda yang terjadi diluar nalar manusia, tokoh cerita terkadang dipandang sebagai sosok manusia setengah dewa dan ceritanya berkisar pada kalangan istana, tempat terjadinya peristiwa berada antara alam nyata dan kayangan dan umumnya bersifat anakronik. Meskipun cerita didalamnya tidak sepenuhnya mengandung fakta, karya tersebut dapat dijadikan sebagai sumber sejarah. Sebab, mitos dapat menjelaskan mentalitas dan perilaku kebudayaan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Etika dalam berkomentar sangat diutamakan!