Kamis, 13 Oktober 2011

Tugas Review Historiografi Yayuk Endang Irawati 1

The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography
Dalam Pandangan Anthony H. Jhons

Indonesia dengan keanekaragaman budayanya kaya akan warisan tradisi lokal dari berbagai daerah. Tradisi lokal dalam bentuk lisan dinarasikan seiring dengan perkembangan bahasa dari waktu ke waktu. Jenis ceritanya beragam mulai dongeng hingga epos kepahlawanan atau cerita yang mengemukakan citra agung seorang tokoh. Terlepas dari jenis ceritanya, tradisi lokal dalam bentuk lisan tidak terlepas dari mitos. Cerita dinarasikan dengan mencampurkan unsur-unsur fiksi yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan unsur-unsur kebenaran yang meninggalkan jejak nyata. Seperti penggambaran tentang sebuah kebesaran kerajaan di masa lalu, mitos yang mencampurkan unsur fiksi dan kebenaran menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari ceritanya. Model penceritaan semacam ini bertujuan untuk mengangkat citra agung tokoh sentral dalam cerita.

Dalam artikel yang berjudul The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography, Anthony H. Johns mengkaji dua naskah yang menceritakan masa lalu Jawa, yaitu Pararaton dan Babad Tanah Jawi. Kajiannya difokuskan pada bagian awal naskah untuk mengkaji mitos dan peran organisasi struktural yang ada dalam dua karya historiografi Jawa tersebut. Secara singkat bagian awal naskah Pararaton ditujukan untuk membangun citra Ken Angrok sebagai pendiri Kerajaan Singasari, sementara pada Babad Tanah Jawi bagian awal ditujukan untuk membangun citra yang sama bagi Sultan Agung. Dalam bagian awal kedua naskah tersebut, terdapat percampuran antara unsur fiksi dan realita, namun menurut Johns keduanya dapat dipisahkan untuk memperoleh fakta sejarah yang dapat dijadikan sebagai sumber dalam memahami sejarah Jawa.

Pembentukan kekuasaan melalui garis silsilah keturunan merupakan gambaran penting dalam kekuasaan Jawa, baik pada masa Kerajaan Singhasari maupun pada Kerajaan Mataram. Masa kini kerajaan adalah bagian dari masa lalu yang akan berkesinambungan bagi masa depan bagi kerajaan. Seperti dalam Pararaton, perjalanan hidup Ken Angrok menjadi bagian penting dalam membangun citranya sebagai seorang penguasa. sebuah incarnasi Wisnu. Citra diri raja juga dibangun dalam Babad Tanah Jawi, dalam hal ini Senapati. Namun menurut Johns ada perbedaan dalam cara penyampaian citra tersebut. Penggambaran Senapati disajikan dalam mitos dan simbol yang tidak terlepas dari kebesaran penguasa sebelumnya yang memiliki hubungan genalogis dengannya. Sementara itu, citra agung Ken Angrok diperoleh dari perjalanan hidupnya yang berhubungan dengan berbagai kelompok sosial dan perilakunya yang merupakan perpaduan kebaikan dan kejahatan. Dua hal yang bertentangan namun ada dalam diri manusia sehingga ini yang membedakannya dari rakyat biasa. Baik dalam Pararaton maupun dalam Babad Tanah Jawi, fungsi makrokosmos dan mikrokosmos raja dibangun untuk membentuk legitimasi dengan penyampaian sifat-sifat kedewaan.

Dari artikel tersebut terlihat karya historiografis tradisional di Indonesia, terutama yang menyangkut pendirian sebuah kerajaan, tidak terlepas dari unsur mitos dalam narasi awal ceritanya. Unsur ini dapat memberikan pemahaman yang kurang jelas antara kenyataan dan cerita fiksi. Selain Pararaton dan Babad Tanah Jawi, sebagaimana dalam bagian pertama artikelnya Johns juga menyinggung Sejarah Melayu yang merupakan kronik Kerjaan Malaka, yang bagian awal ceritanya juga dapat menimbulkan keraguan karena ada unsur dongeng dalam narasinya. Selain contoh-contoh karya yang dikemukakannya, contoh lain dengan menggunakan model yang sama salah satunya adalah Hikayat Raja-raja Pasai. Namun demikian, karya historiografi tradisional tidak dapat diabaikan sebagai sumber pemahaman terhadap masa lalu setiap daerah di Indonesia sebab merupakan bukti produk budaya. Karya ini memberikan pemahaman bahwa pencitraan terhadap penguasa merupakan hal penting dalam membangun legitimasi penguasa dan daerah kekuasaannya, terlepas dari substansinya yang memuat unsur fiksi yang bercampur dengan unsur yang bersifat rasional. Dari karya-karya semacam ini dapat dilihat bahwa antara masa lalu dengan masa kini dan masa yang akan datang saling terkait untuk menciptakan kesan berkelanjutan dengan tujuan melegitimasi kekuasaan.

Johns, H. Anthony, The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography, The Journal of Asian Studies, Vol. 24, No. 1. (Nov., 1964), pp. 91-99.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Etika dalam berkomentar sangat diutamakan!