Jumat, 21 Oktober 2011

Tugas Review Historiografi Suharto 1

The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiographpy
Dalam Pandangan Anthony H. Johns

Anthony H. Johns, ia mencoba mencari benang merah antara mitologi Jawa dengan struktur kekuasaan yang ada pada masyarakat Indonesia secara umum. Kenyataannya setiap raja di kepulauan Nusantara - lebih khusus pada usaha untuk perbandingan masyarakat Jawa dan Melayu - telah berusaha untuk membuat pemahaman bila seseorang berkuasa harus memiliki sesuatu yang terkesan supranatural yang tentu akan berujung pada mitologi. Pemahaman mitologi di sini akan terasa sangat kental bila kita pahami dalam penjabarannya bahwa usaha membuat mitos seumur dengan kekuasaan dan pemerintah yang ada. Kekuatan penulisannya sangat terasa dalam usaha mencoba mengerti bahwa dalam sejarah Indonesia klasik, selalu ditulis berulang-ulang atau dalam bentuk paket tertentu - yang memiliki kemiripan usaha untuk membuat kekuasaan - dan sang raja dalam organisasinya secara struktur harus memiliki aurora yang mistis, serta harmonis untuk mewujudkan keagungan sang raja. Analisanya banyak mencoba menyentuh massa rakyat dalam bentuk kemampuan menimbulkan suasana pemikiran yang dibangun oleh beberapa etnis Nusantara - utamanya Jawa dan Melayu - sebagai etnis yang besar maupun etnis-etnis  lain yang banyak menghuni kepulauan Nusantara.

Semenjak bangsa ini bisa menulis, pergulatan politik dan kekua- saan yang ada selalu memiliki nilai tersendiri. Johns dalam tulisannya berusaha kuat melalui pendekatan kultural khas Nusantara, di mana sejarah banyak dibalut oleh mitos atau mitologi dan beberapa retorika dari Wangsa yang berkuasa. Runtutan tulisan yang mencoba memberi hubungan yang seakan-akan sejarah masa lalu dan masa kini selalu menyambung dan cukup memberi warna tersendiri dalam historiografi Indonesia. Kenyataannya sejarah Nusantara (Indonesia) bermula dari bagaimana seorang raja memiliki kekuasaan dan berkuasa. Dia menyoroti raja-raja Sumatra yang didasarkan pada legenda Bukit Sigontang, bahwa secara tradisi raja-raja besar Sumatra baik dari Sriwijaya maupun dinasti yang lain, akan dipertemukan dengan legenda sang penakluk Alexander de Great (Iskandar Agung) sebagai piut dari raja-raja Sumatra (Melayu). Berdampingan dengan Alexander, para pujangga melayu merunut hubungan motologi keturunan raja India maupun Persia (Nusirwan) merupakan penakluk atau pahlawan dari dunia mitologi Persia. Sehingga raja Melayu terlegitimasi dengan keadaan ini.

Asal mula raja dan kekuasaan di bumi Sumatra selalu terkait erat dengan legenda di atas. Legitimasi raja sangat kuat dan para raja ini berhak menguasai kerajaan karena keturunan orang kuat dari masa lalu yang sudah dibalut mitos - yang memiliki aurora yang serba besar dan luar biasa - untuk memberi tanda bahwa sang raja sangat agung. Terasa sangat menyulitkan bila seseorang yang bukan keturunan para penakluk ini menjadi pembesar atau pangeran (bangsawan) untuk berkuasa di tanah Sumatra yang aristokrat sebagai standar tradisi berkuasa melewati struktur yang penuh mitos.

Jawa didefinisikan sedemikian luar biasa dengan membuat pernyataan yang linier dan centang-perentang serta sambung-me nyambung antara pararaton, babad dengan berbagai mitologi yang lain yang membentuk kejawaan. Pada dasarnya raja Jawa selalu memiliki mitos dalam struktur kekuasaannya. Ken Arok sebagai salah satu tokoh besar yang beraurora hitam tetapi melahirkan para raja yang lain. Berkarir sebagai seorang pembunuh, penjudi, pemerkosa, dan berbagai hal gelap yang lain Ken Arok berkuasa, tetapi kekuasaannya tidak sempurna bila tidak ada harmonisasi. Sehingga diciptakan sang permaisuri Ken Dedes (Prajna Paramitha) sebagai seorang Buddhis yang penuh kedamaian, untuk mengimbangi kekuasaan Ken Arok yang pada dasarnya pemuja Shiwa (Penghancur) dan bergelar Bathara Guru sebagai dewa tertinggi dalam tradisi Hindu. Berlainan dalam dinasti ini raja-raja Mataram mencoba memberi dirinya kekuatan dengan membuat catatan yang lebih terkenal sebagai babad. Usaha yang luar biasa raja keturunan petani ini menyambungkan keturunannya dengan tokoh-tokoh wayang dari pihak kiri dan tokoh-tokoh nabi dari pihak kanan. Sehingga menjadi ciri khas mitos yang diciptakan para penguasa Jawa dalam struktur kekuasaannya. Membuat harmoni ketika seorang raja berkuasa untuk menciptakan legitimasinya, raja perlu membuat keturunannya baik dari masa lalu maupun masa depan agar rakyat menjadi mafhum, di mana mereka para pangeran yang berkuasa sebagai bangsawan yang berhak atas singgasana. Paparan yang luar biasa, ia mencoba menjabarkan bagaimana orang biasa bisa menjadi raja. Bahkan raja Mataram sebagai dinasti terakhir Jawa tetap merujuk pada penguasa sebelumnya yaitu keturunan raja Majapahit sebagai legitimasi.

Melalui Bondan Kejawan berlanjut pada Ki Ageng Sela berusaha membentuk dinasti dalam struktur yang bisa dipahami. Kenyataannya mitos merupakan sarana yang ampuh dalam klaim-klaim kekuasaan kuno yang ada di Indonesia. Balutan mitos juga menyinggung Padjadjaran yang juga membuat mitologinya sendiri, yang terstruktur bahwa raja adalah seseorang yang layak dan besar sebagai penguasa. Ia mencoba melihat Puja Sastra sebagai sarana membuat raja yang agung serta adiluhung. Tulisan ini menjadi sangat menggigit karena Johns berani membuat pernyataan bahwa kekuasaan di Jawa dan Melayu secara terstruktur selalu diliputi oleh mitologi. Tentu sesuatu yang tidak nyaman bagi bangsawan Jawa modern yang masih tersisa apabila membaca dan mendengarkannya.
Tulisan sedikit terganggu karena dia kurang begitu menjelaskan kekuasaan wilayah Indonesia yang lain sebagai dukungan perbandingan, bahwa semua kekuasaan Indonesia tidak bisa lepas dari mitos (mitologi), sebagai penyangga kekuasaan yang terlegitimasi Runtutan penulisan terasa sangat bagus dengan uraian waktu tanpa menghilangkan spasial yang kaku. Waktu dan wilayah yang dibangun sangat besar dan panjang tentu tidak cukup hanya dengan sekedar tulisan yang hanya beberapa halaman tentang mitologi dalam kekuasaan di Indonesia. Tulisan menjadi luar biasa seandainya Johns mampu menghadirkan suasana di mana kekuasaan di Indoensia, dalam sejarah dan mitologi bisa menjadi sangat rancu. Berbicara dalam catatan lama atau masa lalu, para penguasa di Nusantara tidak lepas dari mitos-mitos serta bangunan balutan mitologi yang sangat kental. Sangat berbeda dengan kekuasaan wilayah lain, para raja Nusantara lebih menikmati Pujasastra daripada harus menegakkan kekuasaannya dengan berbagai pameran kekuatan, utamanya kekerasan senjata. Tulisan ini menjadi oasis yang cukup menghenyak, karena mampu merunut tentang Pujasastra yang ada di seluruh kekuasaan Nusantara. Bahwa sang raja dan kekuasaannya sangat agung dalam segala-galanya walaupun itu hanya mitos.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Etika dalam berkomentar sangat diutamakan!