Jumat, 14 Oktober 2011

Tugas Review Historiografi Krida Amalia H 1

Mitos sebagai Pembentuk Citra dalam Historigrafi Tradisional Jawa
Dalam Pandangan Anthony H. Jhons

Indonesia kaya akan karya sastra klasik. Karya sastra ini dapat berisi tentang asal usul wilayah, sejarah raja-raja, ramalan, atau ajaran moral. Sebagian karya-karya ini cukup banyak dikenal dan dibahas secara akademik. Teks-teks Jawa dan Melayu misalnya, banyak digunakan sebagai sumber sejarah. Teks-teks ini memiliki karakteristik-karakteristik tertentu sehingga membutuhkan cara-cara khusus untuk memahaminya. Salah satu cirinya adalah mitos-mitos yang mewarnai kisah-kisah pada teks-teks tradisional ini. Anthony John dalam artikelnya, The Role of Structural Organisation and Myth in Javanese Historiography , menjelaskan bagaimana mitos digunakan untuk mengisahkan terbentuknya kekuatan politik dalam Pararaton dan Babad Tanah Jawi.

Genealogy atau silsilah menjadi bagian penting baik dalam teks Pararton maupun Babad Tanah Jawi, namun silsilah pada Babad Tanah Jawi dijelaskan secara lebih panjang. Pararaton hanya mengisahkan bahwa Ken Arok, pendiri Singasari yang merupakan cikal bakal Majapahit, adalah anak Dewa Brahma dengan perempuan petani bernama Ken Endok. Selanjutnya Pararaton lebih banyak menceritakan tentang bagaimana Ken Arok tumbuh di bawah didikan berbagai macam orang dari perampok hingga pertapa. Babad Tanah Jawi menjelaskan asal-usul raja Mataram lebih jauh ditarik sejak Nabi Adam yang diyakini sebagai manusia pertama di bumi. Dalam silsilah ini muncul pula nama-nama dari berbagai “dunia”, tidak hanya dari dunia manusia tetapi juga dari kayangan dan pewayangan. Silsilah menjadi bagian penting dalam teks-teks ini untuk menjelaskan jati diri raja. Dalam silsilah inilah mitos banyak ditemukan. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya pendekatan khusus diperlukan untuk memahami mitos-mitos ini.

Penjelasan yang nampak berlebih-lebihan dan tidak masuk akal dalam menjelaskan asal-usul raja merupakan upaya untuk membentuk citra. Raja digambarkan sebagai makhluk yang serba agung, lebih tinggi dari manusia-manusia lainnya. Dalam Pararaton, Ken Arok disebut sebagai keturunan Dewa Brahma, sedang dalam Babad Tanah Jawi dijelaskan bahwa Panembahan Senapati merupakan keturunan para nabi, dewa-dewa Hindu, Pandhawa, dan para penguasa tanah Jawa. Dengan penggambaran ini raja diberi jarak dengan rakyat biasa. Seakan-akan dikatakan bahwa raja bukan manusia biasa, manusia biasa tidak bisa menjadi raja, maka manusia harus menjadi luar biasa untuk menjadi raja. Anggapan ini dimaksudkan untuk menjaga kekuasaan karena sembarang orang tidak akan berfikir untuk menjadi raja.

Raja dalam tradisi Jawa adalah penguasa mutlak, maka sering disebut sebagai dewa-raja. Untuk itu Babad Tanah Jawi menggambarkan Panembahan Senapati sebagai keturunan nabi dan para dewa. Dalam Pararaton Ken Arok digambarkan sebagai orang yang dibesarkan oleh perampok dan mendapat didikan dari pertapa untuk dinamisasi kekuatan positif dan negatif, sebagai salah satu aspek penting dalam ajaran Hindu.

Penjelasan mengenai bagaimana mitos membentuk legitimasi kekuasaan dalam artikel ini telah disampaikan secara rinci dan cukup jelas. Anthony Johns dengan cukup baik menghubungkan mitos-mitos dalam penggambaran asal-usul raja dengan konsep kekuasaan Jawa. Yang belum nampak di sini adalah penggambaran mengenai adanya maksud di balik kata. Teks tradisional Jawa banyak menggunakan simbol-simbol dalam pemilihan kata yang berbeda dan bahkan berbalik maknanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Etika dalam berkomentar sangat diutamakan!