Kamis, 13 Oktober 2011

Tugas Review Historiografi Mario Adi Putra 1

Balinese Texts and Historiography
Dalam Pandangan Adrian Vickers

Ketika berpikir tentang historiografi maka akan muncul ketidaksamaan antara historiografi suatu area dengan historiografi menurut karya orang Eropa, orang Eropa menganggap bahwa sejarah adalah sesuatu yang mereka tulis atas apa saja yang terjadi di dunia, hal itu berlaku pula bahwa historiografi adalah karya milik mereka. Orang Eropa menganggap bahwa mereka adalah kelompok superior, mereka mengangggap dirinya kaya akan pengetahuan dan interpretasi, sedangkan bangsa di luar Eropa dianggap sebagai kelompok inferior yang perlu diberdayakan dan diberadabkan.

Sejarah dunia ketiga telah dimulai dari konsep historiografi Braudel, dari kajian itu maka sejarah Afrika telah mulai digeneralisasi, sejarah Pasifik juga dialamikan strukturnya dari segi pandang Eropasentris. Komunitas di Indonesia dirasa memiliki suatu hal yang penting (seperti halnya Afrika dan Pasifik), dalam historiografi Indonesia terdapat peradaban yang dapat dimasukkan ke dalam pembahasan sejarah. Bali merupakan suatu tempat yang memiliki kekayaan tradisi (artistik, ritual, dan konteks literatur), satu hal yang perlu dipahami dari tradisi kebudayaan Bali adalah bagaimana penduduk lokal disana dapat merekonsiliasi sejarah yang mereka miliki.

Sejarah Asia Tenggara biasanya berupa teks yang diproduksi oleh orang asli setempat (pribumi), tetapi pertanyaannya adalah bagaimana kearifan lokal tersebut dapat menjadi visi dari sejarah ?, karena selama ini studi yang banyak dilakukan adalah studi antropologi dan filologi. Bali secara tradisi tekstual dapat diketahui bahwa asalnya adalah dari India klasik yang bergerak melalui Jawa, dalam waktu yang berabad-abad itu tradisi tekstual masih bersifat ritual (dalam bahasa Sanskerta), selain itu juga terdapat epik India yang berupa Mahabharata dan Ramayana.

Teks Bali merupakan sesuatu yang menarik secara partikular, hal itu terjadi karena tidak mudah dalam memproduksi suatu karya teks tersebut, sejak abad 16 M – 17 M  Bali merupakan kerajaan yang besar dan terkenal (sejajar dengan Jawa, Lombok, dan Sumbawa). Sejak pemberontakan tahun 1651 maka kerajaan Bali telah mulai memproduksi artistik, literatur, dan simbolisme mengenai kerajaan dan area kekuasaannya. Bali juga memiliki tradisi oriental yang dapat dimasukkan ke dalam historiografi Indonesia, karena historiografi Indonesia merupakan suatu perjalanan tradisi yang panjang dan harus menolak pandangan berpikir yang Eropasentris, alasannya adalah untuk dapat mengkonsentrasikan tentang bagaimana historiografi itu dapat ditulis sebagai sejarah.

Dalam membuka logika Bali sebagai sejarah maka perlu dijelaskan tentang pentingnya sejarah yang ada di area Bali, asumsi itulah yang nantinya perlu dibangun dengan dilengkapi paradigma yang lain, bukan orang asing yang menemukan masa lalu suatu bangsa. Banyak sejarawan Indonesia yang menginterpretasi dengan menggunakan teks Indonesia dalam menulis sejarah, teks Bali memiliki kelengkapan yang tersendiri jika dilihat dari sudut pandang kronologis naratif, namun dalam realitas dapat diketahui bahwa teks itu memiliki aspek-aspek kesejarahan secara fakta dan realita.

Beberapa literatur Bali yang dapat diamati antara lain yaitu Wangbang Wideya yang dibuat sekitar tahun 1765 M, didalamnya menjelaskan bahwa ketika Sangsit dan Buleleng tetap setia pada Sangket dan Patemon maka mereka ditaklukkan oleh Karangasem, setelah 10 tahun Sangsit ditaklukkan oleh Karangasem maka dilukiskan beberapa tokoh penting yaitu Gusti Ktut Padang, Gusti Wayahan Alas, Gusti Wayahan Blahyu, dan Gusti Nyoman Bangli. Akan tetapi ketika orang Belanda mengarsipkan hal itu maka informasi yang dibuat dan dipublikasi orang Belanda adalah menyatakan bahwa invasi (penyerbuan) ke Buleleng ada pada tahun sekitar 1800 M.

Banyak sejarawan dari Bali menyatakan bahwa sejarah Bali yang berasal dari tradisi orientalis telah mulai ditulis sejak abad 10 M – 19 M, kelengkapan teks antara yang satu dengan yang lain telah tersebar dalam fenomena literatur Indonesia. Wangbang Wideya merupakan suatu kisah tentang kekuasaan, pahlawan, perjuangan, dan cinta. Disamping kisah cinta juga terdapat kisah aristokrat yang memegang kunci pemerintahan di bidang politik.

Kidung Panji Amalat Rasmi merupakan manuskrip yang menceritakan tentang pertarungan antar kerajaan (kerajaan Lasem, Mataram, Pajang, dan Camara), didalamnya terdapat cerita Malat yang terlibat perang pada kerajaan Bangli (1844), selain itu Klungkung juga di klaim sebagai kerajaan besar di Bali pada era pra colonial. Manuskrip Bimaswarga merupakan suatu naskah yang menceritakan tentang kepahlawanan Bima yang keras dan tegas, manuskrip ini merekam peristiwa ritual besar di Klungkung tahun 1842, ritual itu adalah Baligya (ritual setelah upacara kremasi).

Kawi merupakan sajak atau syair berbahasa Bali, namun tidak seperti Bimaswarga yang dipengaruhi matrik Kekawin (yang ditulis oleh orang India), karena Kekawin pada dasarnya adalah dibuat untuk kepentingan teks yang lain dalam suatu naskah. Selanjutnya terdapat pula teks Siwaratrikalpa, yang didalamnya menjelaskan tentang himne Budha dan eksplanasi kosmologi. Semua karya itu menceritakan tentang gambaran besar peristiwa yang terjadi di kerajaan Karangasem (1738-1740), dan kesemuanya itu ditulis oleh Nirartha yaitu seorang Brahmana tertua yang merupakan kepala pemuka agama (Siwaite) di Bali.

Kesimpulan yang dapat saya ambil dari pembahasan diatas adalah kajian historiografi memang memiliki peranan yang penting, faktor pentingnya hal itu dapat dilihat pada fungsi historiografi terhadap eksplanasi sejarah. Sumber tertulis yang ditulis pada naskah di masa lalu dapat dijadikan sebagai sumber sejarah, kajian naskah dan teks memang lebih diperdalam pada ilmu filologi, namun kajian naskah dan teks (dalam ilmu sejarah) dapat dimasukkan ke dalam historiografi, dimana fungsi historiografi adalah untuk memperkuat rekonstruksi sejarah atas peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lalu (dengan sumber-sumber yang valid).

Mengenai aturan historiografi memang masih terasa problematik, dimana terdapat anggapan bahwa sejarah yang benar adalah sejarah yang ditulis oleh orang Eropa, sedangkan orang di luar Eropa tidak memiliki sejarah (bahkan dianggap sebagai orang barbar). Hal semacam inilah yang masih menjadi polemic dalam dunia ilmu sejarah, masing-masing manusia memang memiliki hak untuk menciptakan suatu sejarah, namun harus dilengkapi dengan pandangan berpikir dimana ia berpijak saat itu. Berbagai pendapat masih terus bertarung antara yang Eropasentris dengan yang non Eropasentris, kelompok non Eropasentris (Indonesiasentris, Asiasentris, dan Afrikasentris) masih terus melakukan perlawanan demi memperoleh haknya atas peristiwa sejarah yang terjadi di area mereka.

Historiografi Indonesia jika diamati secara teliti maka akan terasa menarik, banyak hal-hal penting yang berupa karya-karya klasik yang ditulis di masa lalu, dimana isi naskahnya adalah menceritakan tentang kondisi masa lalu. Bali merupakan suatu wilayah di Indonesia yang memiliki peradaban besar, hal itu dapat diketahui dengan adanya karya-karya yang berupa naskah. Beberapa naskah di Bali yaitu Wangbang Wideya, Kidung Panji Amalat Rasmi, Bimaswarga, Kawi, dan Siwaratrikalpa. Berbagai keragaman budaya telah mencerminkan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan, oleh karena itu diharapkan agar historiografi di berbagai wilayah Indonesia dapat disimpan dengan baik dan dapat diabadikan serta dijadikan sebagai sumber sejarah yang dimiliki di masa lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Etika dalam berkomentar sangat diutamakan!