Jumat, 21 Oktober 2011

Tugas Review Historiografi Ahmad Al Marisi 3

Raffles’ Source for Traditional Javanese Historigraphy and the Mackenzie Collections
Kritikan Donald E. Wheatherbee Terhadap “History Of Java” Karya Raffles

Artikel ini pada dasarnya menitik beratkan pengaruh hasil observasi dan penelitian lapangan Kolonel Mackenzie terhadap “History of Java” Thomas S Raffles, kemudian di bandingkan lagi dengan tulisan penulis belanda Van Middelkoop. Raffles yang pada saat itu menjadi gubernur jenderal di Indonesia mewakili kekuasaan kerajaan inggris (yang berpusat pada saat itu di India dengan nama EIC (east india company) dan di pimpin oleh seorang yang bernama Lord Minto) menulis sebuah buku yang berisi tentang gambaran pulau Jawa dalam segala hal. Ia lalu menugaskan bawahannya yang berpangkat colonel yang bernama Mackenzie untuk melakukan observasi. Dalam proses observasi, Mackenzie menemukan bahwa ada tulisan yang menjelaskan sejarah jawa sebelum dia meneliti yang ditulis oleh Van middlekoop. Sebnarnya, ada tulisan yang lebih otentik yang bisa dijadikan sebagai dasar penelitian Mackenzie yaitu serat kanda Engelhard. Akan tetapi, bahasa yang dipakai dalam serat kanda lebih sulit dicerna Mackenzie dibandingkan tulisan middlekoop.

Jacob Albert Van Middlekoop adalah seorang “surveyor” belanda yang datang sekitar tahun 1793 ketika Engelhard menjadi gubernur pulau jawa bagian timur yang berkantor di semarang. Serat kanda adalah tulisan tradisional dalam bahasa jawa yang di terjemahkan kedalam bahasa belanda oleh Engelhard yang oleh middlekoop digunakan untuk bahan penelitiannya tentang pulau jawa. Baik Sejarah Jawa versi raffles maupun middlekoop, semuanya bersumber dari serat kandanya Engelhard. Karena Mackenzie (surveyor raffles) menggunakan manuskrip middlekoop sebagai acuan penulisan sejarah Jawa raffles.

Dalam artikel ini, Donald memberikan perbandingan antara tulisan dalam Sejarah Jawa Raffles versus Sejarah Jawa Middlekoop. Dalam sejarah Jawa versi Raffles (HJR), alur ceritanya menjelaskan secara detail apa yang ada didalam serat kanda. Sementara sejarah Jawa versi Middlekoop (SJM), hanya sekedarnya dijelaskan. HJR membuat pembaca seolah-olah berada disana pada waktu itu. Semantara SJM tidak. Ini membuat seandainya kedua versi sejarah jawa tersebut sama-sama beredar dipasaran, pastilah pembaca lebih memilih karangan raffles dibandingkan middlekoop.

Setelah saya membaca artikel Donald ini, saya beranggapan bahwa judul yang diberikan kurang tepat. Artikel ini lebih banyak mengangkat perbandingan antara HJR versus SJM. Nama Mackenzie sangat sedikit disebutkan. Sehingga nama Mackenzie yang ada pada judul artikel sangat tidak tepat. Seharusnya, judul artikel ini menitik beratkan kepada dua nama pengarang buku/manuskrip yang “spectakuler” tersebut. Yaitu Thomas S Raffles dan Jacob A Van Middlekoop.

1 komentar:

  1. @ahmad: Hehehe.... yang sabar ya Mad kalau membaca teks. Cuplik saja gagasan utamanya dan dipahami. Hm, coba deh rasakan kesimpulan yang kamu buat dalam tulisan ini. Hehehehe.... Yup belajar lagi. Kalau ada waktu, sebaiknya tulisanmu ini direvisi. Aku juga rencananya mau merevisi tulisanku kok (hahahaha... makanya komentari tulisanku juga, Mad). Lalu, catatan penting lainnya, kamu yakin sekarang sudah paham, isi tanggapan tulisan kita akan teks Weatherbee yang harus kita baca itu kan seharusnya membidik upaya dan metode yang dikembangkan oleh Raffles dan teman-temannya seangkatannya, yang kemudian mempengaruhi penulisan sejarah di era berikutnya, terutama, penulisan sejarah Indonesia oleh (para ahli dari) Belanda. Lalu, karena mata kuliah kita historiografi, jangan lupa untuk selalu memegang konsep dan metode sebagai kunci untuk analisis. Terkait dengan hal itu, wajib hukumnya untuk mengupas historisitas suatu teks. Sebatas 5 W+1H juga tidak apa-apa ding. Hehehe... Nyantai saja Mad, aku juga sedang belajar untuk memperbaiki tulisanku.

    BalasHapus

Etika dalam berkomentar sangat diutamakan!